manamlapura13@gmail.com +62 363 21397

BEST PRACTICE Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skill) Peserta Didik Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Materi Pemuaian

BEST PRACTICE

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi

(High Order Thinking Skill) Peserta Didik Dengan Menerapkan

Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Materi Pemuaian

Dan Perpindahan Kalor

Lani Mega Safitri, S.Pd.Si.,M.Pd

MAN Karangasem Bali

A.  SITUASI

Kegiatan pembelajaran fisika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan membangun pengetahuan peserta didik merupakan suatu model pembelajaran konstruktivisme. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa pengetahuan merupakan kontruksi seseorang yang sedang menekuninya melalui kegiatan berpikir seseorang (Suparno, 2013: 14). Peserta didik harus mengontruksi pengetahuannya sendiri karena pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi. Proses kontruksi pengetahuan akan berjalan terus menerus jika ada pemahaman baru yang diperoleh peserta didik.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah pembelajaran di kelas XI IPA 3 MAN Karangasem ditemukan bahwa jika disajikan soal dengan informasi berupa grafik dan tabel, peserta didik sulit menyelesaikan dan sering tidak bisa menjawab, peserta didik sebagian besar kesulitan menjawab soal-soal yang memerlukan kemampuan memprediksi dan mengambil keputusan, dan jika ada soal yang memerlukan penyelesaian dengan menggunakan lebih dari satu persamaan, maka sebagian besar peserta didik kesulitan menjawab soal. Berdasarkan analisis identifikasi masalah tersebut, disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta didik masih rendah.

Refleksi dari guru setelah kegiatan pembelajaran ditemukan bahwa guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Strategi pembelajaran yang dipilih belum mengarah pada tercapainya kemampuan berpikir tingkat tinggi, model pembelajaran yang belum berorientasi pada pembelajaran HOTS, dan guru belum menyusun perangkat pembelajaran yang mengarah pada tercapainya HOTS

Praktik pembelajaran ini sangat penting untuk dibagikan karena:

1. Praktik pembelajaran ini dapat dijadikan tolak ukur untuk memperbaiki dan mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pemuaian dan perpindahan kalor.

2.  Praktik pembelajaran ini dapat menjadi bahan bacaan bagi rekan sejawat untuk menyelesaikan masalah serupa.

3.  Praktik pembelajaran ini dapat memotivasi diri saya pribadi untuk mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

4.  Praktik pembelajaran ini ke depannya dapat dijadikan referensi bagi guru-guru lain untuk menerapkan media pembelajaran inovatif yang dapat menstimulus peserta didik sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik meningkat.

Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktek ini :

Saya sebagai guru dan fasilitator mempunyai peran dan tanggung jawab untuk terus melakukan inovasi dalam merancang dan mengembangkan perangkat pembelajaran baik dari metode, model dan media pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

B.  TANTANGAN

Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara, rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakeristik materi dan karakteristik peserta didik.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom yaitu pada C4, C5, dan C6.

Untuk mewujudkan kemampuan berpikir tingkat tinggi  dalam pembelajaran salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran inovatif. Jika guru belum menerapkan model-model pembelajaran inovatif maka dapat berdampak pada kemampuan peserta didik berpikir HOTS.

Berdasarkan penyebab dari permasalahan di atas, tantangan yang dihadapi guru yaitu:

1. Penggunaan model dan atau metode pembelajaran yang kurang inovatif sesuai dengan karakteristik materi dan peserta didik

2.  Penggunaan media yang kurang sesuai dengan karakteristik materi.

3.  Kemampuan guru untuk menstimulus peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.

4. Kemampuan guru dalam hal manajemen waktu ketika proses pembelajaran.

5. Kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik untuk belajar fisika.

Berdasarkan tantangan yang dihadapi guru, maka perlu kiranya guru terus berupaya meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalnya.

Pihak-pihak yang terlibat antara lain:

  1.  
  2.  
  3.  
  4.  

C.   AKSI

Berdasarkan tantangan yang dihadapi guru, maka langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:

1. Pemilihan model pembelajaran inovatif disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran. Pelaksanaan model pembelajaran yang runut sesuai dengan sintaks yang telah ditetapkan akan dapat membatu tercapainya tujuan pembelajaran. Proses pemilihan model pembelajaran dimulai dari melakukan kajian literatur, berdiskusi dengan rekan sejawat, mempertimbangkan kemampuan awal peserta didik ataupun gaya belajar peserta didik. Berdasarkan kajian literatur dan wawancara, pada pelaksanaan aksi 2 saya memilih untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada materi pemuaian dan perpindahan kalor. Sumber daya model ini berupa kreatifitas guru dalam mengembangkan RPP dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

2. Pemilihan media pembelajaran yang inovatif yang dilengkapi dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Media pembelajaran yang saya gunakan dalam Aksi 2 yaitu LKPD dan dipadukan video pembelajaran dan gambar. Dalam kegiatan pendahuluan saya menampilkan video pembelajaran dan penggunaan microsoft power point (PPT) untuk memandu langkah-langkah pembelajaran. Sumber daya dalah hal ini berupa laptop, smartTV, HP, LKPD, Buku fisika kelas XI.

3. Membuat perencanaan pembelajaran kontekstual yang menarik dan berpusat pada peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran RPP disusun sesuai dengan model  Problem Based Learning dengan sintaks antara lain: Orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Dalam langkah-langkah pembelajaran juga menggunakan pendekatan Saintifik yaitu Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Mengolah informasi, Mengkomunikasikan. Guru mengaitkan materi yang dipelajari peserta didik dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, sehingga muncul keinginan peserta didik untuk lebih giat belajar.

Perencanaan pembelajaran dilengkapi dengan lembar penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor. Masing-masing penilaian dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk memandu guru ataupun observer dalam memberikan penilaian. Untuk memberikan penilaian selama proses pembelajaran, saya menyusun lembar observasi penilaian proses bagi siswa.

Berdasarkan permasalahan dalam aksi 2 yaitu rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka saya memilih menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Rencana pembelajaran harus dapat diamati apakah sesuai dengan pelaksanaan, untuk itu saya juga menyusun lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh rekan sejawat.

4. Pelaksanaan Pembelajaran

Guru melaksanakan Aksi 2 sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Model yang dipilih dalam Aksi 2 yaitu Problem Based Learning dengan media pembelajaran berupa LKPD, dan video pembelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran antara lain:

a. Pendahuluan

1) Salam, berdoa, dan mengecek kehadiran.

2) Menyampaikan motivasi

3) Apersepsi berupa pertanyaan tentang materi yang pernah dipelajari (bagaimana pengaruh kalor terhadap suhu benda)

4) Manyampaikan tujuan pembelajaran

b. Inti

1) Orientasi peserta didik pada masalah

2) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

C. Penutup

1) Refleksi

2) Memberikan motivasi

3) Salam

Ketika pembelajaran berlangsung, guru melakukan penilaian proses peserta didik dengan lembar observasi. Guru dibantu oleh rekan guru lainnya untuk mengisi lembar keterlakanaan pembelajaran. Selanjutnya ketika pembelajaran berahir, dilakukan diskusi dengan observer terkait kesesuaian antara rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran untuk perbaikan pada pertemuan selanjutnya.

D.  REFLEKSI HASIL DAN DAMPAK

Dampak dari aksi 2 dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik yaitu pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, peserta didik teramati fokus dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, hal ini dilihat dari banyaknya jumlah peserta didik yang menjawab pertanyaan guru mulai dari kegiatan pendahuluan sampai kegiatan penutup. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan kemampuan sehingga dalam satu kelompok memiliki kemampuan yang heterogen. Peserta didik aktif dalam diskusi kelompok, saling membantu dan bekerjasama.

Berdasarkan hasil tes evaluasi peserta didik diperoleh data bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir tingkat tinggi pada pertemuan 1 yaitu sebesar 70,42. Sedangkan pada pertemuan 2, rata-rata nilai kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu sebesar 72,36. Berdasarkan data tersebut diketahui ada peningkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir tingkat tinggi walaupun peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning  baru dilaksanakan pada dua pertemuan, sehingga peserta didik masih beradaptasi. Peningkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat disebabkan karena penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning yang meningkatkan peran serta peserta didik dalam pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based Learning berpusat pada peserta didik. Guru sebagai fasilitator tidak menjadi dominan dalam pembelajaran. Agar peningkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat lebih besar lagi, maka perlu ditambah dengan memperbanyak latihan soal HOTS. Siswa yang giat berlatih soal-soal HOTS  maka tidak akan mengalami kebingunan dan kesulitan ketika dihadapkan pada soal-soal HOTS.

Berdasarkan hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, pada pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 83,75. Sedangkan pada pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 85. Dengan demikian diketahui terdapat peningkatan nilai rata-rata keterlaksanaan pembelajaran. Pada pertemuan 1, kegiatan tes evaluasi mengalami kekurangan waktu. Hal ini disebabkan oleh peserta didik yang masih kebingungan dalam penyelesaian soal HOTS. Sehingga tes evaluasi dilanjutkan pada hari yang berbeda. Pada pertemuan 2, guru lebih memperhatikan manajeman waktu sehingga semua langkah pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan rencana (RPP).

Pemilihan model pembelajaran Problem Based Learning dan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik membuat peserta didik tidak bosan. Penayangan video pembelajaran membuat peserta didik tertarik untuk belajar dan berdiskusi dalam kelompok.

Faktor keberhasilan pembelajaran ini ditentukan oleh kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran terutama dalam hal pemilihan model pembelajaran yang inovatif yaitu model Problem Based Learning. Peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran sehingga terjadi peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

0 Komentar

Tinggalkan Komentar Anda

Beri tanggapan terbaik anda...